Wednesday, July 29, 2009

Pakar: Virus H1N1 Menyebar, Tembaga Jawabannya


Di tengah-tengah penyebaran kasus flu burung yang semakin luas, penemuan Profesor Bill Keevil, ahli mikrobiologis dari Universitas Southampton, Inggris, memberikan harapan. Bebicara dalam Konferensi Tahunan Life Sciences di Beijing, Cina, sang profesor menemukan bukti tembaga ternyata mampu membunuh virus flu babi secara efektif. Bahkan, tembaga diklaim memiliki spektrum antivirus yang lebih luas.

Seperti dilansir ScienceDaily, Profesor Keevil yakin tembaga mampu mengurangi penyebaran virus H1N1 di tempat-tempat publik. "Dengan makin meluasnya penyebaran flu babi, ada tekanan tersendiri untuk mengambil seluruh tindakan yang sesuai dan efektif dengan kemampuan antimikrobial. Terlebih, banyaknya kasus infeksi yang terjadi melalui kontak tangan. Studi yang kami lakukan menunjukkan penggunaan tembaga sebagai pelapis permukaan materi, seperti yang digunakan di rumah sakit dan tempat umum akan mampu mengurangi penyebaran infeksi", ujar Keevil, panjang lebar.


Saat meneliti masa inkubasi yang terjadi dalam media tembaga dan logam tahan karat lainnya, Profesor Keevil menemukan bukti tembaga efektif membunuh virus. Setelah satu jam masa inkubasi tembaga mampu membunuh 75 persen virus influenza tipe A. Dan setelah enam jam hanya kurang dari 500 virus yang aktif. "Keuntungan ini menunjukkan tembaga, kuningan dan perunggu mampu membunuh mikroorganisme yang mematikan," ujar Profesor Keevil. (dikutip dari liputan6.com)

Thursday, July 16, 2009

Informasi Pencegahan Flu Baru H1N1


Pada tanggal 11 Juni 2009, Organisasi kesehatan internasional WHO telah menetapkan tingkat pandemi 6 untuk penyebaran Flu baru H1N1 (atau Flu Babi atau Flu Meksiko). Ini merupakan tingkat pandemi tertinggi yang menunjukkan bahwa telah terjadi penyebaran virus secara internasional.

Influensa baru H1N1 merupakan influensa (flu) yang disebabkan oleh virus influensa tipe A subtipe H1N1 Baru strain Meksiko. Virus ini tidak ada kaitannya dengan virus influensa musiman yang ada selama ini (seasonal influenza).

Cara Penularan:

Virus dapat menular dari manusia ke manusia semudah seperti flu musiman biasa. Masa Inkubasi berkisar antara 1-7 hari, sedangkan masa penularan berkisar antara 1 hari sebelum mulai sakit (onset) sampai 7 hari setelah onset. Namun puncak dari virus shedding (pengeluaran virus) terjadi pada beberapa hari pertama sakit.

Cara penularan penyakit melalui kontak langsung dengan penderita Flu H1N1 baik karena berbicara, terkena percikan batuk atau bersin (“Droplet Infection”). Penularan virus melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi virus dapat terjadi, walaupun belum ada dokumentasi tentang hal tersebut.

Gejala Flu Baru H1N1

Gejala flu baru H1N1 dapat sama dengan seperti flu biasa (influenza like-illnes), seperti


v demam (> 38oC),

v batuk, pilek,

v letih, lesu,

v sakit tenggorokan

v mungkin disertai mual, muntah dan diare,


bila kondisi semakin berat akan mengakibatkan sesak napas atau napas sesak yang menyebabkan terjadinya pneumonia yang mengakibatkan kematian. (lihat leaflet terlampir)


Pencegahan Penularan:

Melakukan aturan aturan kebersihan kesehatan dengan baik, seperti

v cuci tangan dengan sabun dan sesering mungkin

v bila bersin atau batuk, tutup hidung dan mulut dengan tisu dan buang tisu ke tempat sampah

v bersihkan udara di ruangan dengan membuka jendela

v hindari kumpulan masa, terutama apabila tingkat pandemi setempat sudah tinggi

dalam hal anda mengalami gejala flu, harap

- tinggal di rumah

- batasi kontak langsung dengan yang lain

- gunakan penutup mulut dan hidung (masker)

Pengobatan:

Biasanya penderita membutuhkan cairan tambahan (teh dan air putih) dan istirahat yang cukup. Kebutuhan medikamen haruslah ditentukan oleh dokter Apabila menurut dokter dibutuhkan Tamiflu dan obat tidak tersedia, silahkan menghubungi Area Security Officer yang ada. Harap perhatikan pembatasan penggunaan Tamiflu untuk anak dibawah 1 tahun dan wanita hamil dan ibu yang menyusui.

(lihat alamat rumah sakit yang khusus menangani Flu baru ini terlampir)

Wednesday, July 15, 2009

A-H1N1 Tak Terbendung

JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi influenza A-H1N1 semakin tak terbendung. Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, Senin (13/7), mencatat saat ini terdapat 94.512 kasus positif influenza A-H1N1 di sejumlah negara dan 429 penderita di antaranya meninggal.

Di Indonesia, kasus positif influenza A-H1N1 juga terus melonjak dengan 60 kasus baru dalam tiga hari terakhir sehingga seluruhnya mencapai 112 kasus positif. Lonjakan paling tinggi terjadi Selasa kemarin dengan 26 kasus, terdiri atas 11 laki-laki dan 15 perempuan. Dua pasien suspect influenza A-H1N1 juga meninggal, yaitu di Padang, Sumatera Barat, dan Denpasar, Bali, tetapi pemerintah belum bisa memastikan penyebab kematiannya.

Kasus-kasus kematian yang baru muncul akibat influenza A-H1N1 di Inggris, Thailand, dan Filipina semakin meningkatkan kekhawatiran akan penyebaran virus influenza itu. Bahkan, Arab Saudi dilaporkan telah menutup sekolah internasional setelah ada 20 siswa yang terinfeksi virus A-H1N1.

Direktur Penelitian Vaksin di WHO Marie-Paul Kieny menegaskan, vaksin influenza A-H1N1 kemungkinan akan tersedia mulai September mendatang.

Virus H1N1 Lebih Ganas dari Perkiraan


KOMPAS.com — Virus H1N1 yang menyebabkan flu babi masih dianggap enteng oleh masyarakat karena daya bunuhnya masih rendah. Baru-baru ini tim peneliti internasional mengungkapkan bahwa virus H1N1 ternyata lebih ganas dari yang selama ini diperkirakan.

Penelitian yang diketuai oleh virologis Yoshihiro Kawaoka menampilkan dengan detail gambar virus dan kualitas patogeniknya. Berbeda dengan yang selama ini dikira, ternyata virus H1N1 mampu menginfeksi bagian dalam sel di paru-paru, yang akan mengakibatkan pneumonia dan pada beberapa kasus, kematian. Virus flu biasa hanya menginfeksi satu sel pada sistem pernapasan atas.

Kemampuan virus itu menginfeksi paru-paru, kata Kawaoka, sama menakutkannya dengan pandemi virus lain, misalnya saja yang terjadi pada tahun 1918 yang membunuh 10 juta orang di akhir Perang Dunia I. Penelitian Kawaoka juga menunjukkan, orang yang lahir sebelum tahun 1918 memiliki antibodi untuk melawan virus H1N1 yang baru.

Karenanya, mungkin saja virus ini akan lebih berbahaya dari pandemi sekarang, mengingat kemampuan virus ini berevolusi menjadi bentuk baru. Selain itu, makin banyak orang tertular virus ini, makin besar peluang virus ini berubah jadi mematikan.

Dalam penelitiannya, Kawaoka dan timnya menginfeksi beberapa hewan percobaan dengan virus flu biasa dan virus flu yang jadi pandemi. Ternyata, virus H1N1 lebih mudah menggandakan diri pada sistem pernapasan dibandingkan dengan flu biasa, dan menyebabkan lesi pada paru-paru.