Thursday, April 30, 2009

RI Berlakukan Travel Warning ke Meksiko

30 April 2009 - Pemerintah memutuskan memberlakukan travel warning untuk WNI yang akan melakukan perjalanan ke Meksiko untuk mencegah penyebaran flu babi.

"Negara ini (Meksiko) menjadi wabah flu babi dianjurkan tidak bepergian ke Meksiko," ujar Ketua Komisi Nasional FBPI Bayu Krisnamurthi dalam konperensi pers di Kantor Menko Kesra, Jakarta, Kamis 30 April 2009.Selain itu, kata dia, pemerintah juga memberlakukan travel advisory ke delapan negara yang sudah dipastikan terjangkit wabah flu babi yaitu Amerika Serikat, Kanada, New Zealand, United Kingdom, Israel, Spanyol, Austria dan Jerman.


Saat ini, Bayu menjelaskan, pemerintah juga akan melakukan pelacakan dan deteksi terutama di perbatasan-perbatasan baik darat, udara maupun laut. "Pemerintah sudah siaga dan persiapan yang baik untuk merespons kemungkinan-kemungkinan," kata dia.Bayu menjelaskan, pihaknya juga melakukan komunikasi intensif dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan seluruh negara-negara untuk mengetahui data terbaru mengenai wabah flu babi. "Walaupun belum pasti, kami juga waspada 16 negara menjadi wabah.


Ini menurut beberapa media asing," kata dia.Bukan hanya dari sisi persuasif, kata Bayu, mulai hari ini Departemen Kesehatan tengah membagikan alat-alat perlindungan diri dan obat-obatan di Rumah Sakit maupun Puskesmas-puskesmas.(dikutip dari viva news)

Flu Babi Ganti Nama


GENEVA, KOMPAS.com — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kamis (30/4), mengumumkan, badan dunia itu takkan lagi menggunakan istilah "flu babi" (swine flu) dalam merujuk itu dan memilih untuk menyebut virus influensa baru tersebut sebagai "influensa A" (H1N1).

"Mulai hari ini (30 April), WHO akan menyebut virus influensa baru tersebut sebagai influensa A (H1N1)," kata lembaga PBB itu dalam pemberitahuan singkat yang disiarkan oleh jaringan internetnya.WHO telah berulang kali menegaskan bahwa orang tak dapat terinfeksi oleh virus baru ini melalui konsumsi daging babi yang dimasak dengan baik.

"Bahkan, sekalipun virus tersebut berasal dari babi, kami tak percaya bahwa orang akan terinfeksi oleh babi," kata Asisten Direktur Jenderal WHO Keiji Fukuda yang bertugas pada lingkungan hidup dan keamanan kesehatan."Ini benar-benar merupakan virus yang menular dari manusia ke manusia. Oleh karena itu, kami kira dengan tindakan penanganan makanan, memakan daging babi tak menimbulkan bahaya buat manusia," kata Fukuda kepada wartawan.

Sebelumnya dari Washington diberitakan, para pejabat AS menyampaikan argumentasi bagi perubahan nama flu babi.Dalam suatu taklimat, Menteri Keamanan Dalam Negeri AS Janet Napolitano dan Menteri Pertanian Tom Vilsack dengan berat hati berulang kali menyebut flu itu sebagai "virus H1N1"."Ini bukan penyakit yang ditularkan oleh makanan, tapi virus. Tidak tepat merujuknya sebagai flu babi karena sungguh bukan itu masalahnya," kata Vilsack.Israel sudah lebih dulu menolak nama flu babi dan memilih menyebutnya "flu Meksiko".

Hukum mengenai makanan dalam agama Yahudi melarang pemeluknya makan daging babi.WHO yang berpusat di Paris juga diberitakan sudah menyampaikan keberatan dengan nama tersebut dan mengatakan, virus itu berisi unsur virus unggas dan manusia. Sejauh ini tak ada babi yang ditemukan menderita penyakit tersebut.Selain itu, ada perasaan yang berkembang di sektor pertanian untuk menyebutnya virus Amerika Utara meskipun ahli penyakit, Anthony Fauci, mengatakan dalam dengar pendapat di Senat bahwa rancangan flu babi mencerminkan protokol penamaan ilmiah.

Bagi produsen daging babi di AS, nama flu babi telah merugikan sehingga para pejabat pemerintah mengambil sikap dengan menegaskan bahwa daging babi Amerika aman dimakan dan negara lain tak perlu melarang impor.Harga daging babi, kedelai, dan jagung telah anjlok dalam beberapa hari belakangan. Jika ini berlanjut, tentu saja ada potensi besar. Itu sebabnya mengapa penting untuk meluruskan ini, kata Vilsack.

Di Centers for Disease Control and Prevention (CDC) juga ada pembicaraan untuk melucuti kata "babi" dari nama flu babi yang dikatakan penjabat Direktur CDC Richard Besser mengarah kepada salah penafsiran bahwa orang dapat terserang penyakit tersebut dari babi."Itu tak menguntungkan bagi produsen daging babi. Itu tak membantu bagi orang yang makan daging babi. Itu tak membantu bagi orang yang bertanya-tanya bagaimana mereka dapat terinfeksi ini," kata Besser.

Flu Babi Naik Level


WHO menaikkan fase flu burung dari 4 menjadi 5. Ini berarti kurang satu fase lagi flu babi menjadi wabah global.

Apa maksud dari fase-fase itu?Berikut penjelasan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Depkes RI Prof Tjandra Yoga Aditama tentang fase pandemi suatu penyakit, Kamis (30/4/2008):


Fase 3, kasus sporadik atau kluster kecil, penularan antar manusia terbatas (misalnya pada kontak amat erat), tidak ada penularan berkepanjangan di masyarakat, tidak jelas apakah akan terjadi pandemi.


Fase 4 , jelas ada penularan antar manusia, telah terjadi KLB di masyarakat (community-level outbreaks). Kemungkinan penularan berkelanjutan menjadi meningkat dan risiko terjadinya pandemi juga makin meningkat secara bermakna.


Fase 5 ditandai dengan penularan antar manusia yang menyebar pada setidaknya 2 negara di dalam satu region WHO. Fase 5 adalah signal kuat bahwa pandemi sudah mengancam dan merupakan waktu untuk menyempurnakan organisasi dan komunikasi dan mengimplementasikan rencana mitigasi yang ada.


Fase 6, adalah fase pandemi, di mana sudah terjadi KLB juga juga di setidaknya satu negara lain di luar region WHO yang tadi sudah terkena di fase 5. Kalau sudah ada deklarasi fase 6 maka artinya pandemi sedang berjalan. (detik.com)

Wednesday, April 29, 2009

Keamanan Multi Layer Cegah Flu Babi Serang Tubuh




Beberapa hari lalu, saya diskusi dengan dokter yang banyak menekuni kasus penyakit influenza. Kata si dokter, flu itu disebabkan oleh virus, dan belum ada obat murni yang bisa membunuh si virus, kecuali si sel tubuh manusia lah yang bisa membunuh virus. Nah, disini perannya obat penanggulangan virus, yang inti kerjanya adalah merangsang dan meningkatkan sel-sel imunitas dalam tubuh (nama panggilannya, sel T dan sel NK) sehingga virus bisa enyah secepatnya.



'Mengkomsumsi produk kesehatan yang dapat meningkatkan
pertahanan imunologis/daya tahan tubuh manusia adalah bijak. Produk kesehatan
ini akan menjadi immuno modulator yang menstimulisasi dan
mempertahankan keseimbangan sistem imun supaya
tidak sampai terjadi suatu infeksi.'




Banyak obat yang ditawarkan untuk merangsang dan meningkatkan sel T dan Sel NK seperti yang dijelaskan di atas. Tapi hanya sedikit obat yang memiliki kandungan murni bahan baku berstandar internasional dengan fitur-fitur kekebalan yang berlapis-lapis. Ibaratnya seperti beras, ada beras biasa, ada beras rojolele, pandan wangi dan sebagainya. Semua beras rasanya sama, tapi kualitas yang ditawarkan berbeda.


Proza, obat dengan kandungan Polinacea (herbal medicine yang sudah terbukti ampuh tingkatkan imunitas) yang khusus diolah oleh pabrik bahan baku ternama dunia - Indena- menjadi bahan baku yang lebih unggul , mampu meningkatkan pertahanan 2 lapis buat si tubuh. Pertahanan ini adalah pertahanan terdepan (respon imun non spesifik), dan yang kedua adalah pertahanan dalam, (respon imun spesifik), yang membantu meningkatkan jumlah Sel T.

Lebih teknis tentang kelebihan Polinacea karena mengandung:

  • IDN 5405 (Polisakarida) : >5% menstimulasi sistem imunitas tubuh dengan meningkatkan produksi dan aktifitas berbagai sel antibody tubuh manusia seperti halnya: sel T–sitotoksik, sel NK (Natural killer cell) dan interferon-gamma.IDN 5405 dalam PROZA membedakan PROZA dari imunomodulator lainnya karena polisakarida ini mempunyai Berat Molekul 200.000 dalton. Karakteristik ini menyebabkan tubuh salah menginterpretasikan keberadaan polisakarida ini sebagai kehadiran bakteri karena struktur kimia polisakarida Polinacea mirip dengan komponen utama dinding bakteri, sehingga mengaktifasi kerja sistim imunitas tubuh.

  • Echinacoside (derivat Caffeic Acid) > 4% yang mempunyai efek sebagai antivirus.


Kesimpulan:

PROZA mempunyai efek meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh untuk menghadapi infeksi virus dengan profil keamanan yang baik.. untuk info lebih jauh silakan klik ini.

posted by AfrilWibisono


Swine Influenza Frequently Asked Questions



• What is swine influenza?
• What are the implications for human health?
• Where have human cases occurred?
• How do people become infected?
• Is it safe to eat pork meet and products?
• What about the pandemic risk?
• Is there a human vaccine to protect swine influenza?
• What drugs are available for treatment?


What is swine influenza?
Swine influenza, or “swine flu”, is a highly contagious acute respiratory disease of pigs, caused by one of several swine influenza A viruses. Morbidity tends to be high and mortality low (1­4%). The virus is spread among pigs by aerosols, direct and indirect contact, and asymptomatic carrier pigs. Outbreaks in pigs occur year round, with an increased incidence in the fall and winter in temperate zones. Many countries routinely vaccinate swine populations against swine influenza.


Swine influenza viruses are most commonly of the H1N1 subtype, but other subtypes are also circulating in pigs (e.g., H1N2, H3N1, H3N2). Pigs can also be infected with avian influenza viruses and human seasonal influenza viruses as well as swine influenza viruses. The H3N2 swine virus was thought to have been originally introduced into pigs by humans. Sometimes pigs can be infected with more than one virus type at a time, which can allow the genes from these viruses to mix. This can result in an influenza virus containing genes from a number of sources, called a "reassortant" virus. Although swine influenza viruses are normally species specific and only infect pigs, they do sometimes cross the species barrier to cause disease in humans.


What are the implications for human health?


Outbreaks and sporadic human infection with swine influenza have been occasionally reported. Generally clinical symptoms are similar to seasonal influenza but reported clinical presentation ranges broadly from asymptomatic infection to severe pneumonia resulting in death.
Since typical clinical presentation of swine influenza infection in humans resembles seasonal influenza and other acute upper respiratory tract infections, most of the cases have been detected by chance through seasonal influenza surveillance. Mild or asymptomatic cases may have escaped from recognition; therefore the true extent of this disease among humans is unknown.



Where have human cases occurred?
Since the implementation of IHR(2005)1 in 2007, WHO has been notified of swine influenza cases from the United States and Spain.

How do people become infected?
People usually get swine influenza from infected pigs, however, some human cases lack contact history with pigs or environments where pigs have been located. Human­to­human transmission has occurresome instances but was limited to close contacts and closed groups of people.


Is it safe to eat pork and pork products?

Yes. Swine influenza has not been shown to be transmissible to people through eating properly handled and prepared pork (pig meat) or other products derived from pigs. The swine influenza virus is killed by cooking temperatures of 160°F/70°C, corresponding to the general guidance for the preparation of pork and other meat.


Which countries have been affected by outbreaks in pigs?
Swine influenza is not notifiable to international animal health authorities (OIE, www.oie.int), therefore its international distribution in animals is not well known. The disease is considered endemic in the United States. Outbreaks in pigs are also known to have occurred in North America, South America, Europe (including the UK, Sweden, and Italy), Africa (Kenya), and in parts of eastern Asia including China and Japan.


What about the pandemic risk?
It is likely that most of people, especially those who do not have regular contact with pigs, do not have immunity to swine influenza viruses that can prevent the virus infection. If a swine virus establishes efficient human­to human transmission, it can cause an influenza pandemic. The impact of a pandemic caused by such a virus is difficult to predict: it depends on virulence of the virus, existing immunity among people, cross protection by antibodies acquired from seasonal influenza infection and host factors.


Is there a human vaccine to protect from swine influenza?
There are no vaccines that contain the current swine influenza virus causing illness in humans. It is not known whether current human seasonal influenza vaccines can provide any protection. Influenza viruses change very quickly. It is important to develop a vaccine against the currently circulating virus strain for it to provide maximum protection to the vaccinated people. This is why WHO needs access to as many viruses as possible in order to select the most appropriate candidate vaccine virus.


What drugs are available for treatment?
1 International Health Regulation (2005) http://www.who.int/ihr/about/en/
Antiviral drugs for seasonal influenza are available in some countries and effectively prevent and treat the illness. There are two classes of such medicines, 1) adamantanes (amantadine and remantadine), and 2) inhibitors of influenza neuraminidase (oseltamivir and zanamivir).
Most of the previously reported swine influenza cases recovered fully from the disease without requiring medical attention and without antiviral medicines.


Some influenza viruses develop resistance to the antiviral medicines, limiting the effectiveness of chemoprophylaxis and treatment. The viruses obtained from the recent human cases with swine influenza in the United States were sensitive to oselatmivir and zanamivir but resistant to amantadine and remantadine.


Information is insufficient to make recommendation on the use of the antivirals in prevention and treatment of swine influenza virus infection. Clinicians have to make decisions based on the clinical and epidemiological assessment and harms and benefit of the prophylaxis/treatment of the patient2. For the ongoing outbreak of the swine influenza infection in the United States and Mexico, the national and the local authorities are recommending to use oseltamivir or zanamivir for treatment and prevention of the disease based on the virus’s susceptibility profile.


Proza, for improving your immune to protect Swine Flu



PROZA is a product which designed and developed exclusively by LANDSON Pharmaceutical as an adjuvant for respiratory track infection and also to increase body immunity system.

Proza Caplet
•Echinacea extr (Polinacea®) 250 mg, Vit C 250 mg, Zn picolinate 10 mg.
•F.c. Caplet (3x10’s).Proza Syrup
•Per 5 mL: Echinacea extr (Polinacea®) 125 mg, Zn picolinate 5 mg.
•Syrup (60 mL).Polinacea in a short term usage is evidently increasing the phagocytosis activity by macrophage and neutrophile cell, and it is an effect to the non-specific immunity system.


Besides that, Polinacea is also known can block the activity of hyaluronidase enzyme and fibroblast stimulation which accelerate the wound healing process. In a longer treatment, Polinacea is proven will accelerate proliferation and differentiation of the T cell (the specific cellular immunity) and significantly increase the production of Interferon gamma (IFN-g) (Pirreo F, et al, 2002)


It has been known that Zn deficiency will cause the lymphocyte cell becoming less responsive toward cytokine activity, and the ability of the microsidal macrophage and neurophile activity are also suppressed.PROZA is recommended dosage is 1-2 caplets a day for adults and ¼-1 tea cup for 1-3 times a day for children. PROZA is safe and only contraindicated for patients who are hypersensitive toward the medicine’s active component and for patients who received immuno suppressant therapy and recently had an organ transplantation.

Update on Global Human Swine Influenza (28 April)

1. The World Health Organisation had raised the pandemic alert phase for the swine flu outbreaks from Phase 3 to Phase 4. The change to a higher phase indicates that there is sustained human-to-human transmission, capable of causing community-level outbreaks. This increases the risk of a pandemic. In line with this, MOH will also be elevating our alert level from green to yellow. This is to better brace ourselves to handle situations where there may be isolated imported cases but no sustained local transmission


Global Update
2. As at 28 April 09, there are reportedly 26 confirmed cases of human swine influenza A (H1N1 viruses) in Mexico, 50 in the United States (New York City, California, Texas, Kansas and Ohio), 6 in Canada (Nova Scotia and British Columbia), 1 in Spain and 2 in Scotland, 11 in New Zealand and 1 in Israel. The World Health Organisation (WHO) has declared that the outbreak of the new strain of human swine influenza in Mexico and the US constitute a Public Health Emergency of International Concern (PHEIC), and has recommended that countries intensify its surveillance and precautionary measures. The United States has also declared a public health emergency to deal with the emerging human swine influenza. These reports raise concerns about a global human-to-human spread of a novel influenza virus.

Situation in Singapore

3. As of 28 April 09, there are no human cases of swine flu in Singapore. There are 17 cases in total referred for further medical assessment. 16 have been referred to the Communicable Disease Centre (CDC) and one case was seen at SGH. Three cases referred to the CDC (including the two referred yesterday) have all tested negative for Influenza A. The case seen in SGH has tested negative as well. Most of the other new cases are Singaporeans who have recently returned from the United States.

4. Cases seen at the CDC and in the other hospitals would undergo a preliminary test for Influenza A, the virus type associated with swine flu and the circulating strains. The preliminary test result will be available within a day but confirmation of the swine influenza strain will take up to 7 days.

Precautionary Measures implemented

5. All healthcare institutions in Singapore have intensified their infectious disease control measures under the heightened Yellow Alert level. Some of these precautionary measures have been proactively implemented while still in green status. Additional measures include donning full personal protective equipment especially in high risk areas such as the emergency department and intensive care unit, rescheduling elective admissions, cutting down visitors to patients, and recording of contact particulars of visitors. These will help reduce unnecessary exposure, provide for surge capacity and facilitate contact tracing when the need arises. Hospitals will also restrict inter-hospital movement of patients and staff, except in emergencies. Polyclinics and specialist outpatient clinics are also setting up triage centres to manage symptomatic patients with a travel history to affected areas, or contact with such persons.

6. Since our SARS experience in 2003, MOH has ramped up isolation capacity in public hospitals. MOH has also stocked up about 1.15 million courses of Tamiflu and 50,000 courses of Relenza. We have stockpiled enough antiviral drugs like Tamiflu and Relenza to treat Singaporeans should the need arise. Members of the public should thus avoid stock piling of these antiviral drugs. These antiviral drugs designed for treating influenza such as swine flu, should be used judiciously. Indiscriminate use may ultimately limit their effectiveness as drug-resistant viruses may develop.


7. As part of national level measures, the Civil Aviation Authority of Singapore (CAAS) had implemented precautionary measures at Singapore Changi Airport on 26 April. Thermal scanners have been deployed at the Arrival Halls of T1, 2 and 3. From 29 April, the thermal scanners will also be deployed at the Budget Terminal and at the Seletar Airport. From 29 April at 0800 hours, the Maritime and Port Authority of Singapore (MPA) will also deploy thermal scanners at the arrival halls of Singapore’s International Passenger Terminal and Regional Ferry Terminal at Habourfront Centre and Tanah Merah Ferry Terminal to screen all arriving passengers. Thermometers will also be used at West Coast Pier, Marina South Pier, Changi Ferry Terminal and Changi Point Ferry Terminal to screen all arriving passengers. In addition, health alert notices containing information about swine flu will be handed out to arriving passengers.


Advice from MOH

8. Members of the public are advised to postpone or avoid non-essential travel to Mexico. In the event that travel to Mexico is unavoidable, the public is advised to take precautionary measures such as avoiding crowded areas and maintaining high standards of personal hygiene at all times. Upon returning from the affected area (ie Mexico and the state of New York, California, Texas and Kansas of the United States), members of the public should continue to maintain high standards of personal hygiene and to monitor their own health.

9. Members of the public who have travelled to affected places and who develop respiratory illness with fever (Temperature > 38°C) within seven days after their return should put on a surgical mask and seek medical consultation immediately. They should also disclose their travel histories to their doctors.


10. MOH advises the public to maintain high standards of personal hygiene, such as washing hands frequently with soap and water, especially after contact with respiratory secretions (e.g. after sneezing and coughing). Those who are unwell with respiratory illness should stay at home and wear a surgical mask if possible.


11. MOH is monitoring the situation closely and will update the public should there be any new developments. For more information on Swine Flu, please access MOH’s website at www.moh.gov.sg or call our hotline at 1800-333 9999.

Berciuman Dilarang Gara-Gara Flu Babi


Beirut - Wabah flu babi belum masuk ke Libanon. Namun meski begitu, pemerintah Libanon sudah mengeluarkan imbauan sebagai upaya mencegah penyebaran flu babi.

Warga Libanon diimbau untuk menghentikan kebiasaan mencium pipi saat bertemu orang lain. Padahal ciuman pipi tersebut sudah menjadi tradisi nasional di Libanon.

Imbauan itu disampaikan Menteri Kesehatan Libanon Mohammad Khalifeh dalam konferensi pers di Beirut seperti dilansir kantor berita Reuters, Rabu (29/4/2009).

"Jika kalian mengunjungi seseorang, jangan berciuman... Mari kita hentikan kebiasaan ciuman sosial ini," kata Khalifeh.

Sejak dulu rakyat Libanon memiliki tradisi memberikan tiga ciuman di pipi saat berjumpa dengan orang-orang yang mereka kenal.

Langkah-langkah lain yang dilakukan otoritas Libanon adalah menyuruh anak-anak sekolah yang menderita flu untuk libur. Serta mengimbau warga untuk tidak bepergian ke negara-negara yang telah melaporkan kasus flu burung.

Virus flu babi strain baru ini sejauh ini telah menewaskan 159 orang di Meksiko. Israel yang berbatasan dengan Libanon, telah mengkonfirmasi adanya kasus flu babi.

MENGHADAPI FLU YANG MENGGANAS


"Sekarang flu kok bandel, ya? Enggak sembuh-sembuh," demikian keluhan orang akhir-akhir ini. Ditularkan lewat udara, penyakit influenza atau flu sebenarnya sudah dikenal orang sejak ratusan tahun lalu. Ketika muncul batuk-pilek, orang langsung tahu inilah gejala flu. Serangan yang lebih berat umumnya dibarengi demam (suhu naik sampai 38-40o C), sakit kepala, radang tenggorokan, lemas, mual, dan ngilu tulang. Masa inkubasi flu berlangsung 1-2 hari.

Flu, pada dasarnya gampang diatasi. Setelah diberi obat penurun panas, obat batuk, antibiotika, serta istirahat cukup, kondisi tubuh biasanya akan kembali pulih.

Mengapa penyakit flu mampu demikian "setia" menemani umat manusia sampai sekian lama? Bila ditengok sifat genetisnya, virus flu dikenal sebagai virus yang tidak stabil. Ia sering bermutasi akibat pertukaran gen. Sebab itu kita sering mendengar munculnya jenis flu-flu "baru" yang sulit sembuh, lebih parah gejalanya, bahkan sampai menelan banyak korban.

Gara-gara unggas dan babi
Ledakan flu pertama terjadi antara tahun 1889-1890. Namun wabah terhebat muncul di tahun 1918. Di seluruh dunia, korban berjatuhan sampai + 20 juta orang. Di AS saja, wabah ini merenggut 550.000 jiwa. Kemudian ia menyebar begitu cepat sampai ke bagian yang terpencil di Alaska, Samoa Barat di Pasifik Selatan, terus ke India dan di sana menewaskan 12,5 juta penduduk. Belum lagi di Eropa. Tak diketahui alasannya, satu-satunya benua yang terbebas dari ancaman virus flu saat itu hanyalah Australia.

Manusia membutuhkan cukup banyak waktu untuk meneliti sebab musababnya, sehingga baru tahun 1930 penyebab flu hebat tersebut berhasil diidentifikasikan. Ternyata virus flu tersebut berasal dari babi, sehingga penyakit flunya dinamakan swine flu. Sumber penyebarannya dipercaya dari sebuah tanah pertanian di daerah Midwest (Barat-Tengah), AS, tempat orang beternak babi di tanah-tanah pertanian keluarga. Penasarannya dunia kedokteran terhadap flu superganas itu terbukti dengan masih berlangsungnya penelitian terhadap swine flu itu hingga kini.

Misalnya saja, baru-baru ini Departemen Pertahanan AS menemukan contoh jaringan paru-paru seorang tentara AS berusia 21 tahun yang meninggal tahun 1918, hanya 5 hari setelah terserang flu. Contoh jaringan yang sudah sekitar 80 tahun tersimpan rapi di Washington ini diharapkan akan membantu manusia membuka tabir lebih dalam lagi tentang lika-liku penyebab flu babi tersebut.

Menurut Jeffery K. Taubenberger MD.PhD., yang banyak meneliti penyakit pandemi, tipe virus flu di awal abad ini memang langka dan mematikan. Peneliti dari bagian Patologi Institut Angkatan Bersenjata AS ini juga menyimpulkan, tentara Amerika banyak berperan dalam menyebarkan suatu jenis penyakit flu ke Eropa, yang anehnya, kemudian dikenal sebagai flu Spanyol! Padahal di pengujung PD I itu tentara AS (yang sadar atau tidak sudah banyak terserang flu) dikirim ke Prancis, bukan ke Spanyol.

Robert Webster MD dari RS anak St. Jude di Memphis, AS, mengemukakan hasil pengamatan yang amat menarik. Rupanya semua gen virus flu di dunia ini mempunyai tempat-tempat persinggahan sebelum sampai di tubuh manusia. Dari tubuh unggas aquatik (sering berhubungan dengan air) seperti bebek dan burung camar, virus ditularkan ke babi, lalu baru ke manusia.

"Pada tubuh babi virus flu diubah gennya untuk kemudian dimunculkan kembali. Flu Hongkong dan flu Asia merupakan hasil proses penataan kembali ini," kata Webster. Namun pendapat Webster ini masih banyak diperdebatkan, karena banyak ahli lain berpendapat swine flu ganas hanya akan muncul setiap 100 tahun.

Lepas dari silang pendapat itu, Maret lalu ternak babi di Malaysia (khususnya di daerah Selangor) banyak yang mati terkena penyakit ensefalitis (radang selaput otak) Jepang. Sebelumnya, Oktober tahun lalu, virus penyebab ensefalitis ini pernah menyerang ternak babi di daerah Perak. Akhirnya pemerintah Malaysia menyarankan pembantaian terhadap ribuan ternak babi. Belum jelas virus apa yang menyerang babi tersebut. Yang jelas, penyakit ensefalitis memang bisa merupakan komplikasi penyakit flu, meski virus flu bukanlah satu-satunya kemungkinan penyebab penyakit selaput otak. Namun, mau tak mau orang jadi bertanya-tanya, mungkinkah virus yang menyerang para babi di Malaysia itu rumpun virus sejenis yang bermutasi?

Mutasi gen
Virus flu berasal dari beberapa rumpun myxovirus yang dikategorikan sebagai tipe A, B, dan C. Tipe A merupakan tipe penyebab flu utama, muncul dalam beberapa jenis rumpun, yang secara klinis dapat dibedakan berdasarkan tempat pertama kali ditemukan, laboratorium yang menemukan, serta kapan diperolehnya. Tipe A mempunyai subtipe protein H dan N. Kalau virus A paling sering menyerang manusia, tipe B dan C jarang menyerang manusia; kalaupun menyerang sifatnya ringan, dan tidak mewabah.

Walaupun gejala infeksi antara tipe utama dengan yang lain hampir sama, secara antigen sama sekali berbeda, sehingga orang yang kebal terhadap tipe yang satu tidak berarti kebal terhadap tipe yang lain.

Bentuk virus flu ada yang bulat, ada pula yang seperti kawat pijar. Inti virus terdiri atas bahan genetika RNA (ribose nucleic acid). RNA ini mengandung semua gen yang penting bagi virus untuk hidup dan berkembang. Setiap helai RNA berisi nukleoprotein.

Salah satu subtipe A dikenal sebagai H2N2. Inilah flu Asia yang pertama muncul di Asia Timur, kemudian menyebar ke seluruh dunia. Epidemi ini dipercaya terjadi 2-3 tahun sekali. Subtipe lain ada yang disebut H1N1 dan H3N2.

Virus flu yang menyebar di Indonesia pada umumnya virus H3N2. Berat ringannya serangan tergantung tingkat kekebalan seseorang. Sekitar Maret 1997, muncul virus flu tipe lain yakni subtipe H5N1 terkenal sebagai Avian flu alias flu burung. Flu ini telah membabat habis + 6.500 ekor unggas di Hongkong.

Dua bulan kemudian, flu ganas tiba-tiba juga menyerang seorang anak laki-laki berusia 3 tahun di Kowloon, Hongkong. Bocah itu akhirnya meninggal. Setelah diteliti, ternyata penyebabnya adalah virus flu burung tipe H5N1 juga.

Desember 1997 muncul lagi infeksi flu H5N1 pada manusia, dengan komplikasi berat seperti pneumonia dan ensefalitis (radang selaput otak), yang kalau tidak segera ditangani akan fatal. Keruan saja, pemerintah Hongkong akhirnya memutuskan pemberantasan besar-besaran dengan membunuh semua unggas yang dijualbelikan di pasaran. Suatu keputusan yang tentu tidak nyaman bagi para peternak.

Kini yang perlu diwaspadai, apabila terjadi perkawinan antara virus flu burung (atau virus H5N1) dengan virus H3N2 yang memungkinkan lahirnya "supervirus" H5N2. Soalnya, H5 dari flu burung membawa sifat letalitas tinggi, sedangkan N2 mempunyai daya tular yang cepat!


Menghantam supervirus
Usaha pencegahan penyebaran flu ganas sebenarnya bisa dengan vaksinasi.
Tapi rupanya cara ini secara umum belum diterapkan di Indonesia. Seorang penderita dengan diagnosa flu berat kini juga bisa menjalani tes di laboratorium khusus. Dengan mengambil usapan jaringan dari tenggorokan, lubang hidung bagian dalam atau tes darah, dapat diteliti dengan cepat antibodi penderita yang sedang dihinggapi virus flu. Cara ini dinamakan tes diagnostik kilat. Sayang, pemeriksaan seperti ini juga belum populer di Indonesia.

Atas dukungan WHO, kini dikembangkan pula vaksin virus flu H5N2. Soalnya penderita 65 tahun keatas atau orang pengidap penyakit kronis seperti jantung, paru-paru, ginjal, diabetes anemia, bila terkena flu cenderung lebih berat penderitaannya dibandingkan yang lebih muda dan sehat. Sebab itu vaksin ini sangat disarankan di panti-panti wreda. Juga disarankan bagi anak-anak atau remaja yang sudah lama mendapatkan terapi aspirin dan mereka yang berisiko terjangkit sindrom Reye. Sindrom Reye adalah serangan mendadak berupa gangguan pernafasan dan pencernaan selama beberapa hari dan berakhir dengan pembengkakkan otak yang ditandai dengan kejang atau koma. Sindrom Reye adakalnya muncul sebagai komplikasi dari flu berat.

Efek sampingan setelah mendapatkan vaksin flu, paling-paling hanya alergi. Itupun hanya terjadi pada beberapa orang yang sangat alergi terhadap telur. Soalnya virus yang digunakan dalam vaksin tersebut dikembangbiakkan dalam telur ayam.

Hanya kurang dari 1/3 orang yang menerima vaksin merasakan sakit dan hanya 5-10% mendapatkan efek sampingan (kebanyakan pada anak-anak)seperti pusing atau sedikit demam seperti menderita flu ringan. Tapi ini pun hanya terjadi pada anak yang belum pernah terserang virus influenza sebelumnya.

Menurut para ahli, vaksin yang diproduksi tahun 1940 s/d pertengahan 1960-an, menimbulkan efek sampingan karena tidak semurni vaksin buatan zaman sekarang. Oleh karena itu vaksin buatan zaman sekarang diharapkan tidak membawa efek sampingan.

Efektivitas vaksin sangat tergantung pada tingkat kesamaan antara jenis virus dalam vaksin dengan virus yang sedang menyerang. Jenis vaksin harus ditentukan 9-10 bulan sebelum datangnya musim flu. Sulitnya, di negara tropis seperti Indonesia, flu datang di segala musim, sehingga lebih sulit. Berhubung virus flu terus bermutasi, kalau waktu pemberian vaksinnya tidak tepat, tentu akan mengurangi kemampuan penyerapan antibodi vaksin yang berguna untuk merintangi mutasi virus baru. Akibatnya efektivitas vaksin berkurang.

Efektivitas vaksin juga bervariasi antara satu orang dengan orang lain. Pada para dewasa muda, efektivitas mencapai 70-90% dalam mencegah penyakit ini. Sedangkan pada lansia dan mereka dengan penyakit kronis, efektivitas vaksin berkurang, tapi paling tidak, akan mengurangi beratnya penderitaan, risiko komplikasi dan kematian.

Penelitian menunjukkan, pada lansia, vaksin bisa mengurangi perawatan di rumah sakit sampai 70% dan kematian sampai 80%. Risiko mendapat pneumonia berkurang sampai 60%. Penting diingat, antibodi yang diproduksi tubuh dalam merespons vaksin setiap waktu menurun, umumnya satu tahun setelah vaksinasi. Juga mengingat virus suptipe berlainan bisa datang setiap waktu (akibat mutasi gen), maka disarankan vaksin diberikan 1x setiap tahun.

Vaksin flu juga bisa diberikan pada wanita hamil pada trisemester kedua atau ketiga masa kehamilan selama musim flu.

Kegunaan vaksinasi pada wanita hamil untuk mencegah komplikasi bila terkena flu. Vaksin flu juga diberikan kepada para ibu menyusui.



Jaga jarak
Pada umumnya memang agak sulit mencegah tertularnya penyakit flu terutama bila musim flu sedang melanda. Paling-paling sedapat mungkin menjauhi orang-orang yang sedang terkena flu. Dr. J. Widyaharsana, DE.F.A.C.B dari RS Pondok Indah, Jakarta, menyarankan, kalau kita bertemu dengan seorang penderita di ruang sempit, usahakan berpaling dari penderita.
Ini untuk menghindari kita terkontaminasi mukosa hidung dan mata dari si penderita. Selain itu, meski kita dalam kondisi sehat, jangan pula terlalu sering menggosok-gosok hidung dan mata dengan jari-jari kita. Siapa tahu jari-jari kita telah melakukan kontak dengan penderita flu. Gunakan kertas tisu atau sering-seringlah mencuci tangan untuk menghindari penularan.

Sedapat mungkin hindari hadir bersama-sama penderita flu dalam ruang tertutup/ber AC, misalnya dalam lift. Namun bila keadaan itu tak dapat dihindari, misalnya di ruang kantor atau dalam pesawat terbang, gunakan obat semprot hidung yang mengandung larutan NaCl-fisiologis.

Banyak minum (sedikitnya 8 gelas air atau jus buah/hari) dapat pula membantu mencegah tertular flu. Vitamin E (200 IU/hari) juga membantu meningkatkan fungsi kekebalan tubuh. Vitamin C juga berperan dalam mengurangi penderitaan akibat flu, asalkan tidak melebihi 500mg/hari.

Redamlah batuk dengan anti-tussive, kalau perlu ditambah expectorant. Obat flu yang tersebar di Indonesia rata-rata mengandung nasal dekongestan, anti histamin, analgetik-antipiretik serta anti tussive. Namun bila tenggorokan sudah telanjur sakit, gunakanlah obat isap penghilang radang. Di atas segalanya, kalau demam sampai menyerang, segera periksakan diri Anda ke dokter sambil beristirahat dengan cukup

Gara-gara Flu Babi, Keadaan Darurat Diberlakukan di California


California - Kasus flu babi di Amerika Serikat (AS) terus bertambah. Bahkan gara-gara wabah ini, Gubernur California Arnold Schwarzenegger mengumumkan keadaan darurat di negara bagian itu.

Demikian seperti diberitakan kantor berita Reuters, Rabu (29/4/2009).

Sejauh ini sudah 13 kasus flu babi yang dikonfirmasi di California. Tak satu pun dari kasus tersebut berujung kematian. Namun pihak Koroner County Los Angeles saat ini masih menyelidiki dua kematian yang diduga akibat flu babi.

Dengan status darurat yang diberlakukan ini, pemerintah California bisa mengerahkan tambahan sumber daya ke Departemen Kesehatan Publik. Juga lebih mudah dan cepat membeli peralatan dan material yang dibutuhkan terkait penanganan wabah ini.

Badan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyatakan, sejauh ini sudah 66 kasus flu babi dikonfirmasi di lima negara bagian AS. Yakni 45 kasus di New York, 11 di California, 1 di Ohio, 1 di Indiana, 2 di Kansas dan 6 di Texas.